top of page
작성자 사진rlxonorg

Alasan Sebenarnya Anda Ingin Meninggalkan Gereja (Mazmur 133:1)

1. Mengapa kita terluka di dalam gereja

Orang-orang kudus yang kekasih,

Apa harapan yang Anda miliki untuk Gereja? Banyak dari Anda mungkin memimpikan sebuah komunitas dengan persekutuan yang hangat, pengalaman rohani yang mendalam, dan kasih yang tulus untuk satu sama lain. Dan sama seperti banyak dari Anda yang kecewa dan terluka ketika harapan-harapan itu tidak terpenuhi.

“Mengapa gereja seperti ini?”, ‘Mengapa ada begitu banyak perselisihan di antara jemaat?’, ‘Mengapa gereja terasa lebih dingin daripada dunia?’, ‘Mengapa dunia terasa lebih dingin daripada gereja?’, dan terkadang hal ini membuat beberapa orang meninggalkan gereja.

Generasi muda sangat sensitif terhadap masalah ini. “Mengapa gereja begitu formal?”, ‘Mengapa begitu sulit untuk menemukan hubungan yang otentik?’, ‘Apakah komunitas iman yang saya impikan itu mustahil?’ - pertanyaan-pertanyaan ini sangat membebani pikiran orang-orang percaya saat ini.

Terkadang, kita telah mengalami saat-saat komunitas yang sempurna. Melalui saat-saat khusus seperti kebangunan rohani dan retret, atau melalui kelompok-kelompok kecil yang penuh kasih dan penjangkauan, kita pernah mengalami saat-saat di mana kita berpikir, “Inilah yang dimaksud dengan gereja.” Namun, pengalaman-pengalaman tersebut tidak berlangsung lama, dan ketika kita kembali ke kehidupan sehari-hari, kita kembali merasa kecewa dan frustrasi.

Mengapa kita merasakan hal ini berulang kali? Seorang teolog besar dari Jerman bernama Bonhoeffer memberikan jawaban yang mendalam: ia menyebut gereja yang sering kita harapkan dan cari sebagai sebuah “komunitas psikologis.

Secara lahiriah terlihat spiritual dan saleh, “komunitas psikologis” ini terkadang menunjukkan komitmen dan semangat yang luar biasa, tetapi ketika Anda melihat esensinya, itu sangat manusiawi. Ini adalah akar penyebab mengapa kita terus menerus kecewa dan terluka.

2) Pemahaman dan bahaya komunitas psikologis

Saya ingin berbagi cerita tentang seorang pemuda yang saya alami. Dia sangat terlibat dalam kehidupan gerejanya: dia melayani dalam tim pujian, berpartisipasi dalam kelompok-kelompok kecil, dan memiliki persekutuan yang dalam dengan banyak orang. Dia pikir dia mengalami komunitas gereja yang ideal seperti yang dia impikan.

Namun, tidak lama kemudian ia merasa sangat kecewa. Konflik muncul di dalam tim pujian, persahabatan yang sangat dipercaya rusak, dan kelompok-kelompok kecil tidak lagi menggerakkannya seperti sebelumnya. Akhirnya, dia meninggalkan gereja.

Ini adalah contoh klasik dari keterbatasan “komunitas psikologis. Apa masalahnya? Karakteristik dari komunitas psikologis adalah bahwa mereka mencari hubungan yang langsung. Komunitas psikologis berusaha untuk memahami satu sama lain secara mendalam, memiliki persekutuan yang sempurna, dan membentuk ikatan yang kuat.

Sekilas, mungkin tidak ada yang salah dengan hal ini, tetapi pendekatan ini memiliki dua masalah serius.

Pertama, pendekatan ini pasti mengarah pada kekecewaan dan frustrasi, karena tidak ada hubungan manusia yang dapat memenuhi harapan kita yang sempurna, dan pada akhirnya, kita akan kecewa satu sama lain, dan kekecewaan itu akan sangat menyakitkan.

Kedua, dan yang lebih mendasar, pendekatan ini mendorong Kristus keluar dari pusat: ketika kita berfokus pada hubungan langsung kita dengan satu sama lain, Kristus secara alami terdorong ke pinggiran.

3) Bahaya lain dari komunitas psikologis

Saya berikan contoh lain: Ada sebuah kelompok sel di sebuah gereja yang tampaknya sangat sukses. Pemimpinnya sangat berkomitmen, dan para anggotanya tampaknya sangat memahami dan mengasihi satu sama lain. Mereka berbagi seluk beluk kehidupan satu sama lain, menangis dan tertawa bersama, dan membentuk ikatan yang kuat.

Namun, seiring berjalannya waktu, hal-hal aneh mulai terjadi: mereka tidak ingin bergaul dengan kelompok sel lain, mereka enggan membawa anggota baru, dan mereka bersikeras dengan kebenaran mereka sendiri, bahkan ketika hal itu bertentangan dengan arah gereja secara keseluruhan. Pada akhirnya, kelompok tersebut menjadi “gereja kecil” di dalam gereja, dan kemudian menjadi sumber perpecahan di dalam gereja.

Ini adalah bahaya lain dari komunitas psikologis. Komunitas-komunitas ini sering kali menjadi eksklusif, karena keintiman dan persatuan yang mereka cari hanya dapat ditemukan dalam sejumlah kecil orang. Mereka menciptakan cara mereka sendiri, standar mereka sendiri, dan berpura-pura bahwa itu adalah hal yang rohani.

Lebih buruk lagi, bahkan kebenaran pun bisa direlatifkan dalam komunitas-komunitas seperti ini: kebenaran dikompromikan atas nama 'cinta' dan kesalahan ditoleransi atas nama 'persatuan'. Semuanya dibenarkan dengan mengatakan, “Kita semua baik bersama.”

Ini, orang-orang kudus yang terkasih, adalah alasan mendasar mengapa kita terluka dan kecewa di dalam gereja. Tanpa disadari kita telah mencari komunitas psikologis ini dan keterbatasan serta kegagalan yang pasti terjadi.

2. Gereja yang Allah Inginkan

1) Hakikat dari komunitas rohani

Orang-orang kudus yang terkasih, marilah kita bersama-sama menyelidiki seperti apakah gereja yang sesungguhnya dikehendaki oleh Allah. Komunitas yang Allah kehendaki bukanlah komunitas psikologis, tetapi “komunitas spiritual.

Pertama, sifat yang paling esensial dari komunitas rohani adalah berpusat pada Kristus. Berpusat pada Kristus berarti bahwa semua hubungan kita adalah melalui Kristus.

Untuk memahami hal ini, saya ingin Anda membayangkan sebuah gambar. Banyak orang berpikir bahwa gereja adalah sebuah lingkaran, dan ketika kita semakin dekat dengan satu sama lain, kita berkumpul di sekitar pusat lingkaran. (Inilah masalahnya: kita semakin dekat dengan beberapa orang dan semakin menjauh dari orang lain.) Tetapi gambaran Alkitab tentang gereja berbeda. Gereja itu lebih seperti roda sepeda. Kristus adalah poros tengahnya, dan kita terhubung dengan-Nya seperti jari-jari. Ketika kita semakin dekat dengan Kristus, secara alami kita juga semakin dekat dengan satu sama lain.

Kedua, gereja bukanlah sesuatu yang perlu kita bangun, gereja adalah anugerah kasih karunia yang telah Allah berikan kepada kita. Ini adalah kebenaran yang sangat penting. Kita sering berkata, “Mari kita bangun gereja yang lebih baik.” Niatnya baik, tentu saja. Tetapi pemikiran ini dapat mengarah pada kesalahpahaman bahwa gereja adalah hasil dari usaha kita.

Kenyataannya, gereja sudah merupakan sebuah organisme yang hidup, dibangun dengan darah Kristus dan dipimpin oleh Roh Kudus. Yang perlu kita lakukan adalah hidup dengan setia di dalam anugerah kasih karunia yang telah diberikan kepada kita. Hal ini meringankan beban kita, tetapi juga memberikan tanggung jawab yang lebih besar kepada kita.

Akhirnya, ketiga, dalam komunitas rohani, persekutuan yang sejati terjadi melalui Firman. Banyak gereja mempromosikan persekutuan melalui berbagai program dan kegiatan, tetapi persekutuan yang sejati harus berpusat pada Firman Tuhan.

Ada sebuah kisah tentang sebuah kelompok studi Alkitab kecil yang mengumpulkan orang-orang dari latar belakang dan kepribadian yang sangat berbeda. Awalnya, mereka merasa canggung dan tidak nyaman, tetapi ketika mereka membaca dan membagikan Firman bersama-sama, mereka menemukan sesuatu yang luar biasa: di dalam Firman, mereka mengalami kesatuan yang sejati, karena di dalam Firman, mereka menemukan bahwa mereka adalah orang berdosa yang sama, tetapi mereka juga adalah penerima kasih karunia yang sama.

Seperti inilah gereja yang Allah inginkan: sebuah komunitas yang berpusat pada Kristus, dipersatukan dalam kasih karunia, dan dipersatukan melalui Firman. Sekarang kita akan melihat bagaimana sikap kita perlu diubah untuk mencapai komunitas seperti ini.


2) Mengubah sikap kita

Pertama, kita perlu bergeser dari sikap yang penuh dengan pengharapan dan tuntutanterhadap gereja menjadi sikap yang penuh dengan rasa syukur dan penerimaan. Jika selama ini kita bertanya, “Apa yang dapat gereja ini lakukan untuk saya?”, sekarang kita perlu bertanya, “Apa yang telah Tuhan berikan kepada saya melalui gereja ini?”.

Saya ingin berbagi cerita tentang seorang wanita yang telah lama mencari “gereja yang ideal”. Kemudian, ketika sedang beribadah di sebuah gereja kecil yang ia datangi, Roh Kudus berbicara ke dalam hatinya, “Tidak ada gereja yang sempurna seperti yang kamu cari. Tetapi Aku telah menuntunmu ke tempat ini.” Sejak hari itu, cara dia melihat gereja berubah selamanya. Dalam ketidaksempurnaannya, ia mengalami anugerah yang lebih dalam.

Kedua, cara kita berhubungan harus berubah: tidak lagi mencari hubungan dan keintiman secara langsung, kita harus belajar untuk berhubungan melalui Kristus. Bayangkanlah hal ini seperti sebuah segitiga: Kristus berada di puncak, dan kita berada di titik-titik yang berbeda. Ketika kita semakin dekat dengan Kristus, secara alamiah kita juga semakin dekat dengan satu sama lain.

Ketiga, kita perlu bergeser dari “digerakkan oleh kinerja” menjadi “digerakkan oleh kasih karunia”. Kita sering mencoba untuk mengukur keberhasilan gereja kita dengan angka-angka, kekayaan program-program kita, atau perubahan yang terlihat, tetapi ini adalah ide yang sangat berbahaya.

Saya ingin membagikan sebuah pengakuan dari seorang pemimpin kelompok kecil yang selalu khawatir bahwa peternakannya tidak berkembang seperti peternakan-peternakan lainnya. Kemudian ia merenungkan sebuah ayat Alkitab: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab kuasa-Ku menjadi sempurna di dalam kamu. Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” (2 Korintus 12:9). Pada saat itulah ia menyadari bahwa kesuksesan sejati bukanlah tentang usaha atau pencapaian kita, tetapi tentang mengalami kasih karunia Tuhan yang bekerja dalam hidup kita.

*Keempat, standar penilaian kita harus berubah : alih-alih melihat pada “Apakah orang ini cocok untuk saya?”, kita harus melihat pada “Apakah kasih karunia Allah yang sedang bekerja di dalam diri orang ini?” Bahkan melalui anggota tubuh yang membuat kita frustasi, Allah sedang mengajar dan melatih kita.

Terakhir, kelima, pandangan kita tentang waktu harus berubah: kita tidak boleh lagi mengharapkan perubahan yang instan atau pertumbuhan yang cepat. Sebaliknya, kita harus belajar untuk menunggu, percaya pada waktu Tuhan, seperti seorang petani yang menabur benih dan menunggu dengan sabar, demikian pula kita harus menunggu buah-buah kasih karunia untuk berbuah.

Perubahan sikap ini tidak pernah mudah, tetapi inilah proses transformasi yang Tuhan ingin kita lalui. Hanya ketika kita bertransformasi, kita akan mengalami komunitas rohani yang sejati.


3. Membangun Komunitas Rohani Bersama

Sekarang, para Orang Suci yang kekasih, mari kita lihat secara khusus bagaimana kita dapat mempraktikkan kebenaran-kebenaran yang telah kita pelajari.

Pertama dan terutama, kita perlu menjadi lebih berpusat pada Firman, dan dengan berpusat pada Firman, saya tidak hanya bermaksud bahwa kita banyak mempelajari Alkitab; maksud saya, Firman harus menjadi pusat dari semua hubungan dan aktivitas kita.

Sebagai contoh, ketika kita mengambil sebuah keputusan di gereja, hal pertama yang harus kita tanyakan adalah, “Apakah ini sejalan dengan apa yang diajarkan Alkitab?” Bahkan ketika kita memiliki konflik dengan seseorang, pertama-tama kita harus menguji diri kita sendiri dalam terang Firman - inilah bagaimana Firman menjadi pusat dari komunitas kita.

Seperti yang ditekankan oleh Bonhoeffer, kita perlu belajar untuk “berbicara tentang Kristus dengan saudara kita, dan bukan tentang saudara kita dengan Kristus.” Inilah arti dari syafaat yang sejati.

Sangatlah penting untuk berdoa bagi anggota jemaat yang tidak setuju dengan kita, atau yang menyebabkan kesulitan bagi kita. Kita tidak perlu berdoa untuk mengubah mereka, tetapi untuk memberikan mereka mata untuk melihat kasih karunia Allah yang sedang bekerja di dalam diri mereka.

Ketiga, kita perlu memulihkan sikap rendah hati dalam melayani. Halangan terbesar dalam melayani adalah ketika pelayanan kita tidak diakui, tetapi pelayanan yang sejati bukanlah tentang diakui.

Setelah Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya, Ia berkata, “Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yohanes 13:15). Kata kuncinya di sini adalah “memberi contoh”. Melayani harus dipelajari. Kita belajar melayani dari Kristus.

Saya ingin berbagi cerita tentang seorang diaken yang mempraktikkan pelayanan seperti ini. Dia datang lebih awal setiap minggu dan dengan tenang membersihkan toilet. Ketika saya bertanya kepadanya mengapa, ia menjawab, “Tuhan mengawasi, dan itu sudah cukup bagi saya.”

Ini adalah jenis pelayanan yang harus diupayakan oleh sebuah komunitas rohani. Melayani tanpa terlihat, tanpa dihargai, dan dengan mata yang hanya tertuju kepada Tuhan, inilah jenis pelayanan yang membuat sebuah komunitas menjadi kuat.


Kesimpulan

Sejauh ini, orang-orang kudus yang terkasih, kita telah menjelajahi bersama perjalanan menuju komunitas gereja yang sejati. Kita sekarang memiliki dua jalan di hadapan kita.

Yang pertama adalah berpegang teguh pada cita-cita dan harapan-harapan kita sendiri dan terus-menerus kecewa dan terluka. Jalan yang kedua adalah menerima kenyataan akan kasih karunia yang telah Allah berikan kepada kita dan bertumbuh bersama di dalamnya. Jalan mana yang akan Anda pilih?

Beberapa dari Anda mungkin berpikir, “Tetapi bukankah kita memiliki terlalu banyak masalah di gereja kita?” Ya, Anda benar. Gereja kita tidak sempurna, tetapi itulah mengapa kita membutuhkan kasih karunia. Jika kita adalah gereja yang sempurna, kita tidak akan membutuhkan kasih karunia.

Beberapa dari Anda mungkin juga khawatir, “Bukankah akan memakan waktu yang lama untuk berubah?” Tetapi ingatlah, jadwal Allah berbeda dengan jadwal kita. Jadwal Allah berbeda dengan jadwal kita, dan meskipun terkadang terlihat lambat, prosesnya sendiri merupakan perjalanan kasih karunia yang mendewasakan kita.


Sebuah nasihat terakhir

Sekarang, akhirnya, saya ingin menyarankan beberapa langkah konkret yang dapat kita lakukan bersama.

Pertama, saya mengundang Anda untuk memulai setiap pagi di minggu ini dengan sebuah doa yang mencari kehendak Allah bagi gereja. Tetapi jangan mulai dengan doa untuk perubahan, mulailah dengan doa syukur. Bersyukurlah kepada Tuhan untuk semua yang telah Dia berikan kepada kita pada saat ini.

Kedua, pikirkanlah satu orang di gereja yang membuat Anda merasa tidak nyaman atau ingin Anda hindari, dan cobalah untuk menemukan gambaran Kristus dalam diri orang tersebut. Berdoalah dengan tulus untuknya.

Ketiga, pikirkan sebuah tanggung jawab kecil yang Anda miliki di gereja yang ingin Anda lakukan minggu ini, terutama dalam pelayanan kepada Kristus. Bahkan jika tidak ada yang memperhatikan, ingatlah bahwa Tuhan memperhatikan.

Ini, orang-orang kudus yang terkasih, adalah jalan menuju komunitas gereja sejati yang seharusnya kita impikan. Ini mungkin sebuah perjalanan yang lambat dan sulit, tetapi kita tidak sendirian dalam perjalanan ini; Kristus menyertai kita, dan kita dapat menjadi sumber kekuatan bagi satu sama lain.

Jadi marilah kita memulai perjalanan suci ini bersama-sama. Tuhan akan menyertai kita saat kita membaca dan mendoakan ayat-ayat Alkitab hari ini bersama-sama.

“Lihatlah, betapa baiknya dan indahnya tempat tinggal saudara-saudara dalam persatuan.” Amin.

조회수 0회댓글 0개

최근 게시물

전체 보기

イエス様の召しと十字架への従順(マタイ16:21-25)

イエス様の召しと十字架への従順(マタイ16:21-25) 先週に引き続き、イエス様の召しに従順する弟子というテーマで説教をします。 今日の説教も1日から3日までの新年聖会の時に4つのシリーズ説教をした中で3番目、4番目の説教をまとめたものですので、より深い内容を聞きたい方は...

イエス様の召しと弟子としての意味(マタイ4:18-22)

イエス様の召しと弟子としての意味(マタイ4:18-22)    はじめに   愛する純福音群馬教会の聖徒の皆さん、新年が始まりました。 神様が送別礼拝の時に私たちに下さった御言葉は、詩篇32篇8節の「 私があなたの行くべき道を示し、あなたを注意し、戒める...

イエスの召しと十字架を背負う(マルコ8:31-38)

イエスの召しと十字架を背負う(マルコ8:31-38) キリストの十字架の本質 苦難と見捨てられることの意味 イエス様の召命は、イエス様の受難宣言とつながります。イエス・キリストは苦難を受け、見捨てられなければならないという宣言です。私たちがよく知っているように、イエス様の受...

Comments


bottom of page